Saat ini, SPBU menyediakan tiga bahan bakar untuk kendaraan pribadi seperti sepeda motor atau mobil diantaranya premium, pertalite dan pertamax. Meski premium semakin langka tapi kebanyakan orang cenderung menggunakan salah satu dari tiga jenis bahan bakar tersebut.

Namun, di kondisi tertentu, ketika tangki kendaraan bermotor berada pada tingkat kritis, dan ternyata di SPBU hanya tersisa satu atau dua jenis saja maka kita cenderung mengisi kendaraan kita dengan bahan bakar yang 'seadanya'. Otomatis, hal itu akan menyebabkan percampuran bahan bakar antara sisa bahan bakar sebelumnya dengan jenis yang baru kita isikan pada kendaraan kita.



Misalnya sebelumnya diisi dengan pertalite, lalu karena kondisi terdesak harus mengisinya dengan premium. Namun, ada pula orang yang gonta-ganti bahan bakar karena ingin mendapatkan formulasi oplosan bensin yang bagus.

Lantas, masih banyak orang mempertanyakan apakah hal itu aman untuk mesin kendaraan kita?

Dikutip dari Gridoto, Prof. Tri Yuswidjajanto Zaenuri, dosen teknik mesin ITB dan juga peneliti LAPI ITB mengatakan, "Sebaiknya kebiasaan campur bensin ditinggalkan karena mengundang harm effect."

Campuran Premium dengan Pertamax misalnya, akan mengurangi tingkat detergen yang ada di dalam bensin oplosan itu. Kadar aditif dan detergennya rendah, deposit justru makin banyak.

Deposit mengundang potensi jelaga atau abu. Mulai dari banyaknya kerak di piston, kepala silinder dan sekeliling payung klep. Lama-kelamaan bertumpuk jadi kerak, menimbulkan knocking atau ngelitik dan performa mesin yang turun drastis. "Pakai Pertalite atau Pertamax saja untuk mendapat hasil terbaik karena ada detergen dan aditif," terang Beny Harto Wijaya, Customer Relationship Management Retail Fuel Marketing, PT Pertamina.

Namun, bahaya penggantian bahan bakar tersebut masih relatif, ada beberapa faktor tentang bahaya atau tidaknya gonta-ganti bahan bakar tersebut:

1. Seberapa sering

Jika kita terlalu sering gonta-ganti bahan bakar, kinerja mesin akan 'bingung' karena setiap jenis bahan bakar memiliki tingkat kompresinya masing-masing. Pergantian bahan bakar yang terlalu cepat dan sering tentu berdampak buruk.

2. Perhatikan kondisi tangki

Jika tidak sedang dalam kondisi yang terdesak, sebaiknya biarkan bahan bakar yang sebelumnya habis atau tersisa sedikit, baru menggantinya dengan jenis lain.

3. Unsur penyusun bahan bakar

Semua jenis bahan bakar itu memiliki unsur penyusun yang sama, tersusun atas rantai hidrokarbon yang tidak menimbulkan reaksi kimia berbahaya meski tercampur.

Bahaya justru timbul jika dalam bahan bakar tersebut ada pengotor seperti logam berat, yang didapat dari lingkungan atau tempat penyimpanan.


dikutip dari intisari.grid.id